Senin, 04 Juli 2011

Beautiful Days!

Hateshinai Aonomukouhe..
Bokutachino Miraiha Hirogaru..
Beautiful days Kimito..
Boku ga Kokoniiru..
Hashitta Bundake Michihanobirukara..
Day by day, Imawo Ikiiyou~


Pagi yang cerah, dengan semangat aku mengayuh sepedaku menuju ke sekolah. Beberapa hari ini aku tidak pernah terlambat masuk karena gebetanku sudah mulai masuk sekolah setelah beberapa bulan yang lalu mengalami kecelakaan. Ah senang sekali rasanya bisa melihatnya kembali masuk di kelas :D


“Senyum-senyum aja sih.” Ujar Ha Gi sambil mengetuk kepalaku pelan. “Haaaaa… pasti lagi ngeliatin Kyu Hyun kaaaan?”

“Kurang kenceng, Gi, suara lo.”

“Ya biarin laaaah, Zii. Biar denger tuh manusia pinter satu itu.”

“Mau ditaro dimana muka gue, heh?”

“Dimana aja boleeeehh…”

“Sialan.” Aku bangkit dari tempat dudukku dan mengejar Ha Gi yang berlari masuk ke kelasnya tapi langkahku langsung terhenti ketika wali kelas kami sudah berada di depan pintu kelas.

Aku langsung menundukkan kepalaku sambil tersenyum malu dan kembali ke tempat dudukku. Aku rasa, Kyu Hyun sedang menertawakan tingkah laku ku barusan.

Sudah sejak kelas satu aku memperhatikan Kyu Hyun. Saat itu kami berbeda kelas, dia berada di kelas unggulan sedangkan aku hanya di kelas reguler biasa. Tapi aku bertekad untuk bisa satu kelas dengannya. Sayang, tetap saja aku di kelas reguler. Eh tapi, keberuntungan berpihak padaku. Kyu Hyun pindah ke kelas reguler dan kebetulan dia ditempatkan di kelasku. Gosip bilang sih, dia pindah kelas karena anak-anaknya terlalu individual. Aku sih bersyukur saja bisa melihatnya setiap saat.

Sewaktu Kyu Hyun terkena kecelakaan mobil, aku pun dengan malu-malu menjenguknya. Tapi dia hanya terdiam, terbujur kaku di ranjangnya dengan berbagai alat terpasang di sekujur tubuhnya. Tidak hanya aku sebenarnya, tapi beberapa fansnya juga mengunjunginya setiap hari dan setiap waktu. Jadi aku berpura-pura menjadi salah satu fansnya itu. Aku tahu dia tidak akan pernah tahu isi hatiku. Saat itu, keberuntungan pun menimpaku. Kamar yang dihuni Kyu Hyun sedang sepi. Hanya ada ayah ibunya yang sedang duduk di dalam sambil menatap anaknya itu dengan tatapan sedih. Aku pun perlahan masuk ke dalam dan memberikan salam dengan santun kepada orang tua Kyu Hyun.

“Saya Choi Kim Zii, teman sekelas Kyu Hyun.” Ucapku memperkenalkan diri. “Maaf mengganggu, tapi saya mau memberikan kopian catatan. Saya pikir, jika Kyu Hyun terbangun nanti…dia bisa belajar agar tidak ketinggalan pelajaran.”

“Ya, tentu saja. Terima kasih ya nak Kim Zii.” Kata ibunya Kyu Hyun sambil mengelus kepalaku. “Apa bibi bisa minta tolong?”

Aku mengangguk pasti.

“Tolong jaga Kyu Hyun sebentar. Paman dan bibi ingin makan terlebih dahulu. Bisa kah?”

“Ya, baiklah. Akan saya jaga Kyu Hyun…” dengan sepenuh hati.

Begitu orang tua Kyu Hyun pergi meninggalkan kamar. Aku memperhatikan Kyu Hyun dengan seksama. Tidurnya terlihat lelap sekali. Dengan perasaan berdebar, aku menyentuh tangan Kyu Hyun.

“Hei, Cho Kyu Hyun. Berhubung sekarang kau sedang dalam keadaan yang tidak sadarkan diri…aku berani untuk berbicara denganmu. Kau tahu, aku sering sekali memperhatikanmu tapi kamunya tidak pernah sadar akan kehadiranku. Yah tentu saja…kan kamu dikelilingi oleh banyak gadis yang cantik-cantik. Mana mungkin kamu mengerti aku. Sebal sih rasanya, tapi apa boleh buat…  Aku tahu segalanya tentangmu, tapi aku tahu kamu tidak tahu apapun tentangku. Dan karena kamu tidak tahu, bolehkah aku mengatakannya sekarang?”

Seperti orang gila saja aku berbicara sendirian tapi daripada aku memendam perasaanku setelah sekian lama. Kuutarakan saja saat dia dalam keadaan koma. Lebih baik daripada aku tidak mengatakannya sama sekali.

“Kyu Hyun, saranghae…”

Bertepatan dengan itu, orang tua Kyu Hyun kembali ke kamar. Membuatku terlonjak kaget. Mereka memberiku sebuah bungkusan. Ternyata, mereka ingin aku makan bersama mereka di kamar. Senang sekali rasanya aku bisa mengenal keluarga Kyu Hyun. Kami saling bertukar cerita dan ternyata aku baru tahu kalau Kyu Hyun itu anaknya manja sekali :) Pokoknya kami bertiga mengobrol hingga saatnya aku pulang. Rasanya berat hati meninggalkan mereka. Mereka terlalu baik padaku.

Dan sekarang…ketika Kyu Hyun sudah sembuh, aku masih menjadi Kim Zii yang tak pernah ia kenal. Sedih sekali. Padahal aku sudah mengenal keluarganya.

“Yoooo…istirahat ngelamun melulu.” Yoo Ri mengagetkanku. “Kyu Hyun melulu, Kyu Hyun melulu.”

“Ah biarin. Kamu ya juga sama. Dong Hae terus, Dong Hae terus.”

“Biarin yeee…”

“Sana buruan bilang deh, bentar lagi dia mau lulus kaaan?”

“Iye iye..nyante aja Jeng.”

“Yoo Ri! Jahat sekali kamu meninggalkan aku sendirian di kantin!” Teriak Ha Gi ala sinetron dengan lebai dari pintu, sontak semua mata yang ada di kelas menatapnya. Termasuk Kyu Hyun yang sedang mengobrol dengan gerombolan para cowok.

“Bukannya tadi kamu bersama So Hyeon?” Tanya Yoo Ri balik dengan wajah tak bersalah.

Aku hanya tersenyum melihat tingkah laku dua sahabatku ini. Aku menoleh ke arah Kyu Hyun dan lelaki itu kepergok sedang menatapku juga. Buru-buru aku menunduk sambil salah tingkah. Ya, hanya aku yang salah tingkah di hadapan manusia satu itu.

“Hanya bertemu sebentar di kantin, dia sedang bersama Si Won. Pacaran terus.” Jawab Ha Gi. “Marahi kakakmu itu, Kim Zii.”

Aku tertawa, meski sebenarnya aku takut ketahuan Ha Gi dan Yoo Ri bahwa aku sedang salah tingkah dilihat oleh Kyu Hyun. “Haha…biarkan saja. Sebentar lagi oppa akan lulus, biarkan saja dia puas-puasin pacaran dengan So Hyeon.”

Kami menggosip lama sekali hinga waktu istirahat selesai. Ha Gi dan Yoo Ri pun kembali ke kelas mereka masing-masing dan So Hyeon kembali ke kelasku, dia kan teman sebangku ku. Pelajaran pun dilewati dengan membosankan karena aku tidak suka dengan pelajaran fisika.

Saat pulang telah tiba. Aku segera berlari kecil menuju sepedaku. Kulihat Kyu Hyun sudah terlebih dulu pulang dengan menaiki kereta. Sebelum pulang, aku mampir terlebih dahulu ke toko buku. Ada novel yang sedang kucari. Begitu pulang, aku tak sengaja melihat Kyu Hyun sedang berjalan menuju dermaga. Sebuah buku yang ia bawa terjatuh.

Buru-buru aku mengambil buku tersebut dan mengayuh sepedaku untuk mengambilkan buku yang terjatuh tersebut. Sayangnya bis kota menghambat perjalananku. Tumben-tumbenan sekali jalan menuju dermaga sangat ramai.

Meskipun dia berjalan kaki, ternyata langkahnya lebar dan juga cepat. Hampir saja aku kehilangan jejaknya. Kyu Hyun sudah duduk manis di bangku kayu di dekat ujung dermaga. Aku mengayuh sepedaku perlahan sampai di depan Kyu Hyun dan memberikan bukunya yang terjatuh.

“Nih…” Ucap Kyu Hyun sambil menyodorkan sebotol air mineral ke arahku. “Minumlah, kamu pasti haus.”

Aku hanya terdiam dan menerimanya dengan malu-malu. Kubuka tutup botolnya dan meminum air mineral yang ia berikan. Segar sekali rasanya.

“Kau mau langsung pulang?” Tanyanya kembali.

Aku mengangguk ragu.

“Sudah sampai di sini, duduklah dulu. Banyak yang ingin aku katakan.”

“Oh ya?” Tanyaku antusias. Seorang Kyu Hyun mau mengobrol denganku, orang yang tidak pernah ia sapa sejak pertama kali sekelas bersama.

Aku pun memarkirkan sepedaku. Sore itu matahari masih terasa menyengat, untungnya angin laut berhembus sepoi. Tak sengaja tangan kami saling bersentuhan yang langsung membuatku keringat dingin. Anehnya, Kyu Hyun malah menggenggam tangannku erat sambil tersenyum.

“Kenapa tidak kulakukan dari dulu?”

“Apanya?” Tanyaku tak mengerti.

“Mengenggam erat tanganmu.” Jawabnya sambil tersenyum yang langsung membuatku salah tingkah. “Terima kasih…”

“Untuk apa?”

“Untuk catatan pelajaran yang kau kopikan untuk ku.”

“Oh itu…aku hanya…melakukan tugasku sebagai pengurus kelas.” Ucapku berbohong.

“Dan juga…untuk semua perhatian yang kau berikan.”

Aku langsung merasa grogi kala ia tahu aku sering sekali memperhatikannya. Aku tak berani mengucapkan sepatah kata pun padanya. Aku takut ia akan menjauhiku.

“Oh ya…mama dan papa selalu menanyakanmu. Mereka suka sekali menyuruhku untuk mengajakmu bermain ke rumah. Sepertinya kalian sudah akrab…”

“Ah tidak…itu hanya…saat aku memberikan kopian catatan, ada orang tuamu…lalu aku mengobrol banyak.”

“Tentangku?”

“Ya. Tentangmu.”

“Kalau begitu…aku ingin mengenalmu lebih dekat.” Kata Kyu Hyun sambil terus menggenggam erat tanganku. “Aku hanya bisa memperhatikanmu dari jauh.”

“Begitu juga aku. Aku bahkan tidak punya keberanian untuk sekedar memanggil namamu!”

Kyu Hyun melepaskan genggaman tangannya dan menatapku dalam. “Aku Cho Kyu Hyun. Salam kenal.”

Aku hanya bisa tersenyum geli melihatnya. “Aku Choi Kim Zii, salam kenal.”

“Bagaimana kalau kau ke rumahku? Mama dan papa pasti senang melihatmu. Dan aku juga ingin tahu banyak tentangmu.”

“Tapi aku…”

“Tenang saja, nanti aku akan mengantarmu pulang. Oke?”

Aku tak bisa mengiyakan, Kyu Hyun keburu menarik tanganku untuk bangkit. Ia lalu menaiki sepedaku dan menyuruhku untuk duduk di boncengan belakang. Ia mulai mengayuh menuju rumahnya. Aku benar-benar tidak percaya dengan kejadian hari ini. Aku tersenyum bahagia :D Hhhh beautiful days…

1 komentar:

  1. uwaaaaaaaaaaaaaaaaa eonni korban iklaaaaan~ #plak!

    iklan banget deh kejadian sepeda, buku catatan jatoh, sama ngasih minumnya. untung engga sebut merk XDD

    BalasHapus